Seleksi Bibit Kambing
Penyeleksian calon bibit ternak memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pembibitan kambing. Tujuan dari seleksi bibit ternak adalah untuk meningkatkan mutu genetik dalam suatu populasi ternak.
Indikator dalam menyeleksi bibit ternak adalah dengan mengukur nilai pemuliaannya dimana kambing yang memiliki nilai mutu genetik rendah dapat segera disingkirkan. Bibit kambing pejantan yang digunakan di CV. Kambing Burja adalah kambing bangsa Boer asli yang berasal dari Australia.
Syarat Pemilihan Bibit Kambing
Tulisan ini merupakan bagian kecil dari artikel terbaru:
Kambing betina yang digunakan adalah bangsa Boer, jawa randu, dan hasil persilangannya dengan pejantan Boer (F1, F2, dan F3) berumur 10 - 12 bulan atau telah mencapai dewasa kelamin dan dewasa tubuh, memiliki bobot sekitar 40 kg, kondisi tubuh sehat dan lincah, dan memiliki konformasi tubuh yang baik.
Asal Usul Kambing Boer dan Kambing Boerja/Burja
Kambing Boer merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal dari India. Bobot dewasa kambing ini untuk jantan mencapai 110 kg dan betina adalah 100 kg. Tingkat pertumbuhan kambing ini dapat mencapai 225 g/ekor/hari (Warmington dan Kirton, 1990).
Kambing Boer yang digunakan oleh CV. Kambing Burja memiliki pola warna kepala dan leher coklat dengan badan serta kaki berwarna putih, namun juga terdapat yang berwarna coklat keseluruhan (Red boer). Kambing Boer jantan memiliki bau (Pheromon) yang tajam untuk memikat betina.
Kambing Boer betina memiliki kepala dan leher yang ramping. Kambing ini dapat melahirkan 3 kali dalam 2 tahun dengan jumlah anak 2 - 3 ekor dalam satu kali melahirkan.
Kambing jawa merupakan jenis kambing yang lazim dipelihara oleh peternak di Indonesia. Kambing tersebut memiliki beberapa keistimewaan antara lain laju reproduksi dan produktivitas induk yang baik serta mudah beradaptasi dengan lingkungan.
Kambing Jawa mempunyai keturunan yang hampir sama dengan kambing Afrika dengan ciri-ciri kepala relatif kecil, jantan dan bertanduk, telinga pendek dan tidak lebar, ekor mencuat ke atas, warna bulu hitam, coklat dan putih atau kombinasinya, dan kambing jantan berjenggot (Prawirodigdo et al., 2005).
Persilangan antara kambing Boer dan kambing Jawa akan menghasilkan individu baru yang disebut dengan kambing burja dimana mutu genetiknya lebih baik dari Kambing Jawa. Hasil persilangan kambing pejantan Boer dan betina jawa randu akan menghasilkan F1 yang memiliki 50% sifat Boer.
Kambing hasil persilangan tersebut memiliki pertumbuhan daging dan kemampuan reproduksi yang tinggi, hal tersebut merupakan sifat yang diwarisan dari kedua induknya. Apabila kambing F1 betina tersebut dikawinkan kembali dengan pejantan Boer maka akan menghasilkan F2 dengan 75% sifat Boer.
Kambing betina F2 dikawinkan kembali dengan pejantan Boer akan menghasilkan F3 dengan 83% sifat Boer, sedangkan F4 mewarisi sifat Boer sebanyak 93 %. Apabila F4 dikawinkan kembali dengan pejantan Boer maka akan menghasilkan Purebreed 96% Boer atau kambing Boer kelas 2.
No comments:
Post a Comment