Latest News

Friday, March 31, 2017

Budidaya Sayuran Dipekarang Rumah

Budidaya Sayuran Dipekarang Rumah
Cara Budidaya Sayuran Dipekarangan Rumah - Teori Petani - Dizaman sekarang banyak manusia terserang penyakit yang beraneka ragam karena kondusi lingkungan dan makanan yang kita konsumsi sehari hari banyak mengandung obat obatan berbahaya.

Maka dari itu tidak ada salahnya untuk kita memulai menanam dan membuat sendiri makanan di rumah ketimbang makan makanan diluar yang belum jelas kualitasnya.

Menanam Sayuran Dipekarangan Rumah dapat dengan berbagai cara yaitu dengan cara  hidroponik, menggunakan polybag, ember bekas, karung semen, vertikal dan masih banyak lagi .

Jenis tanaman yang dapat kita tanam di pekarangan rumah juga banyak jenisnya mulai dari cabai, tomat, kangkung, bayam, dan masih banyak lain.

Budidaya Sayuran Dipekarang Rumah


1  Dengan Cara Hidroponik

Menanam dengan cara hidroponik adalah dengan memenfaatkan air sebagai media tanamnya dengan cara ini perawatan akan tanaman lebih mudah dan ringan, tanaman yang dihasilkan juga akan lebih segar dan bersih ketimbang menanam sayuran dengan media tanah.

Jenis tanaman yang dapat di tanam dengan cara hidroponik yaitu kangkung, bayam, selada, sawi dan masih banyak lainya intinya sayuran yang hidup di air.
Contoh Cara Kerja Hidroponik

2 Dengan Menggunakan  Polybag, Ember Bekas Dan Karung Semen

Dengan Menggunakan  Polybag, Ember Bekas Dan Karung Semen kita juga dapat menanam sayuran contohnya cabai, tomat, sledri dan masih banyak lainya.

Sebelum ditanami sebaiknya Polybag, Ember Bekas Dan Karung Semen diisi campuran tanah, kompos/kotoran hewan dengan perbandingan 2:1.

Barulah bibit sayuran siap di tanam dan disiram sehari 2 kali sesuai dengan kondisi cuaca.

3  Cara vertikal

Cara vertikal yaitu cara menanam dengan cara bertingkat yang terbuat dari kayu atau bambu dan dibuat menjadi rak atau bisa juga menggunakan barang bekas dari pipa paralon yang di lubangi.

Setelah tempat selesai barulah  polybag atau ember bekas di tempatkan di atas rak rak yang sudah dibuat.

Dengan cara ini kita dapat menanam tanaman yang lebih banyak jenisnya seperti yang sudah di bahas di atas.
Cara Tanam Vertikal

Pengendalian Hama

Untuk masalah hama karena kita tanam dipekarangan rumah maka hama penyakit tergolong sedikit bila ada pun kita dapat menggunakan obat obatan organik yang banyak tersedia di toko pertania

Dengan demikian kita dapat mengonsumsi syuran yang benar benar sehat baik untuk kesehatan dan murah karna kita menanamnya sendiri Dipekarang Rumah 

Baca juga : Cara Membuat Bibit Batang Bawah Kakao (Kopi Coklat)                                               Budidaya Cabai Merah

Sekian penjelasan saya tentang Budidaya Sayuran Dipekarang Rumah semoga bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi untuk anda. Selamat mencoba.

Budidaya Cabai Merah

Budidaya Cabai Merah
Dalam usaha Budidaya Cabai Merah -  Teori Petani - Budiddaya Cabai Merah adalah usaha yang sangat menjanjikan karena permintaan pasar yang selalu meningkat tiap tahunnya.

Sedangkan lahan yang tiap tahun mulai berkurang sehingga harga cabai selalu meroket apa lagi saat menjelang hari raya seperti ramadan, natal, dan tahun baru.

Dalam artikel ini saya akan berbagi ilmu tentang bagai mana cara Budidaya Cabai Merah yang baik dan benar.

Budidaya Cabai Merah

Pemilihan Bibit

Langkah pertama yang harus kita siapkan adalah memilih bibit cabai yang berkualitas, dapat dengan membelinya berupa biji dalam kemasan maupun bibit yang telah disemaikan, pastikan kita membeli bibit di tempat penyedia bibit unggul yang benar benar terjamin kualitasnya.

Penyamaian Bibit

Tahap berikutnya adalah penyemaian, bibit cabai yang sudah kita beli kita rendam dengan air hangat kuku selama 30 menit lalu tiriskan dan pindah ke handuk yang telah dibasahi biarkan semalaman
bibit akan berkecambah.

Kemudian dalam membuat bibit kita harus menggunakan polybag sebagai tempat tumbuh cabai dikarenakan bila bibit ditabur akan bertumpuk dan pertumbuhanya akan terganggu mengingat harga bibitnya yang mahal sebaiknya kita menggunakan polybag.

Polybag yang akan ditanami cabai sebaiknya diisi dengan campuran tanah, kompos dan arang sekam dengan perbandingan 2:1:1.

Setelah itu polybag yang telah terisi di susun dan diberikan naungan agar menjaga dari sinar matahari langsung.

Masukan bibit cabai yang telah berkecambah ke dalam polybag dengan menggunakan bantuan tusuk gigi satu persatu.

Lalu sirami bibit 2 kali sehari, dan setelah 24-27 hari bibit cabai siap untuk di pindahkan ke lahan pembesaran.

Pengolahan Tanah 

Dalam penggolahan tanah, sebaiknya kita bersihkan tanah/lahan terlebih dahulu dari rumput liar yang nantinya akan menjadi penggangu bagi tanaman cabai.

Cara membersihkan tanah/ lahan bisa dengan di babat atau menggunakan herbisida/obat rumput yang banyak di jual di pasaran.

Pada Budidaya Cabai Merah tanah yang baik harus memiliki Ph antara 6-7, dengan tujuan agar netral dan pertumbuhan tidak terhambat karena terlalu asam.

Kemudian setelah lahan bersih dan Ph cukup barulah kita gemburkan tanah menggunakan cangkul atau bajak agar nanti akar cabai dapat tumbuh dengan baik.

Buatlah gulutan dengan ukuran lebar 80 -100cm tinggi 40-50cm dan panjang gulutan disesuaikan dengan lahan,

Pemasangan Plastik Mulsa

Pemasangan plastik mulsa disini bertujuan agar pupuk yang di berikan tidak cepat menguap dan tanah tidak habis terbawa air. Bila anda inggin menghemat biaya anda dapat memanfaatkan jerami padi untuk pengganti mulsa.

Sebelum di pasangi plastik mulsa sebaiknya tanah yang sudah di buat gulutan dicampur dengan pupuk kandang 15-20 ton/ha, kcl 200kg/ha, urea 350kg/ha, kapur dolomite 2-4ton/ha dengan cara ditaburkan diatas gulutan.

Budidaya Cabai Merah
Contoh Pemasangan Mulsa

Penanaman Cabai Dilahan

Penanaman cabai merah dilahan di lakukan saat bibit cabai berumur 24-27 hari atau telah memiliki daun 4 helai, sebaiknya penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari di karenakan suhu tidak panas.

Cara menanam cabai yaitu dengan merobek polybag agar tidak menggangu pertumbuhan lalu masukan kedalam lubang lubang yang telah di buat zig zag sebelumnya.

Siram cabai bila proses penanaman sudah selesai semua, dikarenakan agar cabai tidak stres dan dapat beradaptasi dengan lingkungan.

Kemudian usahakan satu minggu setelah tanam ajir/tiang penyangga sudah dipasang karena bila bibit cabai sudah besar maka akan melukai perakaranya dan akan menimbulkan penyakit mudah menyerang.

Budidaya Cabai Merah
Contoh Pemasangan Ajir/Tiang

Perawatan Dan Pemeliharaan

Dalam peroses ini harus dilakukan dengan rutin sehingga hama penyakit yang menyerang dapat segera di atasi.

Jangan sampai lupa masalah pengairan, bila pada musim kemarau kita harus menyiramnya secara rutin 2 kali sehari dan 1 kali sehari pada musim hujan tergantung kondisi tanah.

Kemudian dilakukan pemupukan susulan dengan NPK mutiara berikan dengan cara dicairkan dengan air, perbandingan air dengan pupuk 1:10 dan di siramkan didekat batang cabai.

Setelah cabai berumur 1-1.5bln dilakukan perempelan tunas diketiak cabang produksi agar batang cabai dapat berbentuk dan tidak terlalu banyak ranting yang akan menurunkan hasil produksi cabai itu sendiri

Proses Pemanenan

Cabai merah sudah dapat di panen ketika umur 75-85 hari setelah tanam, pemanenan dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan varietas yang kita tanam.

Tanaman cabai dapat kita panen setiap 2-5 hari sekali, pemetikan harus dilakukan pada pagi hari ataupun sore hari agar batang cabai tidak stres dan buah cabai yang di petik tidak mudah layu.

Setiap satu hektar tanaman cabai depat menghasilkan panen hingga 10-13 ton dengan syarat bibit, pengolahan tanah, pupuk dan pengendalian hama di lakukan dengan maksimal.

Demikian penjelasan yang bisa saya bagian, semoga dapat bermanfaat bagi anda.
Selamat mencoba Budidaya Cabai Merah semoga sukses.












Sunday, March 26, 2017

4 Kunci Sukses Usaha Ayam Petelur dan Pedaging



Usaha Ayam petelur dan ayam pedaging membutuhkan banyak keterampilan dan ketelatenan. Namun cara beternak ayam petelur dan broiler sangat menguntungkan. Cara merawat ayam petelur tidak membutuhkan keribetan seperti cara beternak ayam bangkok, namun beternak ayam petelur biasanya berskala besar.






Baca juga: Cara Beternak Puyuh Bertelur Setiap Empat Puluh Hari
Berikut ini empat kunci sukses usaha ayam petelur dan pedaging.

Ransum dan Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur  dan Pedaging

Ransum adalah bahan ransum ternak yang telah diramu dan biasanya tersusun ari berbagai jenis bahan pakan dengan komposisi tertentu. Pemberian ransum bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi daging agar menguntungkan. Konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada strain, umur, aktivitas serta temperatur lingkungan(Santoso, 2008).

Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan teknik penyusunan ransum (Soeharsono, 2004). 



Berapa persentase bahan dapat dimasukkan ke dalam ransum ditentukan oleh kandungan zat makanan dan zat antinutriennya. Sumber energi yang kaya dengan pati dan energi metabolismenya tinggi serta kandungan proteinnya mendekati 10% dapat dipakai dalam jumlah lebih banyak. 

Bahan lain setelah zat anti nutriennya dihilangkan, pemakaiannya dapat ditingkatkan. Bahan ransum sumber energi umumnya dapat digunakan lebih dari 10 hingga 70%. Bahan sumber protein pemakaiannya dalam ransum tentu lebih rendah jika kebutuhan protein kurang dari 20%   (Amrullah, 2007). 

Konsumsi ransum dipengaruhi kecepatan pertumbuhan, imbangan nutrien, strain, kesehatan, bentuk ransum dan umur (Wahju, 1985) dan temperatur lingkungan (Soeharsono, 1977).

Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan. Setiap minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Konsumsi ransum merupakan cermin dari masuknya sejumlah unsur nutrien kedalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk harus sesuai dengan yang dibutuhkan  untuk produksi dan untuk hidup pokoknya.

Pertumbuhan ayam broiler dimulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan maksimum setelah itu menurun kembali hingga akhirnya berhenti. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan (Kartsudjana dan Suprijatna, 2006).

Kandungan protein dalam ransum ternak untuk ayam broiler umur 1-14 hari adalah 21-24% dan untuk umur 14-39 hari adalah 19-21%. Kebutuhan protein untuk ayam yang sedang dalam masa pertumbuhan relatif lebih tinggi karena untuk memenuhi tiga macam kebutuhan yaitu untuk pertumbuhan jaringan, hidup pokok dan pertumbuhan bulu. 

Kebutuhan anak ayam (starter) akan kalsium (Ca) maksimum 1%, ayam sedang tumbuh dan finisher adalah 0,6%, sedangkan kebutuhan ayam akan fosfor (P) bervariasi dari 0,2-0,45% dalam ransum (Fadilah, 2004).

Ransum merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrien dan energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya, ransum dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash, pellet, dan crumble.

1. Ransum bentuk mash
adalah bentuk ransum paling sederhana yang merupakan campuran serbuk (tepung) dan gramanula berbagai jenis bahan baku pakan.
2. Ransum bentuk pellet, 
adalah bentuk ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang diolah dengan menggunakan mesin pellet (pelletizer) dengan tujuan mengurangi loss nutrien dan dalam bentuk utuh.
3. Ransum bentuk crumble, 
adalah ransum bentuk pellet yang pecah menjadi 2 atau 3 bagian dengan tujuan agar bisa dimakan oleh ternak.(Alamsyah, 2005).

Ayam dan jenis unggas lainnya membutuhkan sejumlah nutrien yang lengkap untuk menunjang hidupnya, untuk pertumbuhan dan untuk berproduksi. Unggas membutuhkan lebih dari 40 material kimiawi yang diklasifikasikan ke dalam enam kelas yakni karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. 

Semuanya harus ada dalam ransum yang dimakan kemudian dinyatakan bahwa kandungan nutrien pada fase starter mengandung protein 19,5�21,2%, mengandung energi metabolisme 2851�3180 kkal/kg ransum sedangkan finisher protein 22,0�22,7% dan energi metabolisme 3290�3399 kkal/kg ransum (Soeharsono, 2004).

Manajemen Pakan Ayam Pedaging dan Petelur

Program pemberian pakan pada ayam pembibit betina biasanya dilakukan sehari dua kali. Kadar nutrien seperti protein dan asam amino biasanya diturunkan secara bertahap saat ayam mencapai usia dan produksi tertentu. 

Biasanya dilakukan peningkatan persentase kalsium karena terjadi penurunan kalsium pada tulang, serta penurunan penyerapan kalsium pada umur 50 minggu. 

Kondisi cuaca yang panas diperlukan manajemen pakan yang tepat untuk menghindari penurunan produksi. Kondisi tersebut biasanya diatasi dengan meningkatkan kadar vitamin dan mineral premix sebesar 10%, serta peningkatan kadar asam amino dan asam linolenat (Hubbard, 2011).

Pemberian pakan yang hanya menggunakan 1 jenis pakan (ransum tunggal) setelah memasuki fase bertelur akan memudahkan dalam proses manajemen pakan. Kebutuhan asam amino harian akan mengalami penurunan setelah fase starter. 

Asam amino dapat dipenuhi dari kandungan asam amino dalam pakan. Kebutuhan kalsium pada ayam pembibit fase layer akan mengalami peningkatan. Peningkatan kebutuhan kalsium tersebut dapat dipenuhi dari kalsium yang berasal grit. 

Ransum tunggal diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrien ayam pembibit di berbagai tingkat produksi dan musim. Ransum tunggal memiliki memiliki kelengkapan nutrien untuk memenuhi kebutuhan energi dan asam amino yang dibutuhkan (Hubbard, 2011).  

Fase pra layer memerlukan keseragaman pakan yang mengandung protein dan asam amino lebih tinggi untuk mencapai periode dewasa kelamin. Ayam pembibit yang memiliki bobot badan di bawah standar harus memiliki peluang mendapatkan pakan yang lebih baik guna mencapai pertumbuhan kompensasi. 

Pakan pre layer mengandung kalsium yang lebih tinggi untuk mengembagkan dan meningkatkan kualitas cangkang (Cobb, 2008).

Tempat pakan ayam pembibit betina atau female feeder trough menyerupai rel dan terdapat rantai yang berfungsi untuk menjalankan pakan dari dalam bok pakan ke seluruh female feeder trough. Tujuan dari teknik ini adalah agar ayam pembibit betina mendapatkan pakan secara merata. Female feeder trough di pasang di atas slat yang mengelilingi lantai slat. 

Alat tersebut terdiri dari 3 mesin, 3 bok pakan dengan kapasitas 150 kg dan 6 bok pakan dengan kapasitas 50 kg dalam satu kandang (Aviagen, 2013). 
Pemberian pakan pada pemeliharaan pejantan tidak diberikan secara adlibitum melainkan secara terbatas. Manajemen pemberian pakan pada pejantan sangat penting untuk menjaga fertilitas telur tetap tinggi. 

Pemisahan tempat pakan antara jantan dan betina dapat dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan ukuran kepala antara pejantan dan betina, sehingga berat badan dan keseragaman setiap jenis kelamin dapat lebih terkontrol. 

Pemisahan tempat pakan mengharuskan pelaksanaan manajemen pakan yang lebih hati-hati dan perlu pengawasan terhadap perilaku makan secara teratur. Pemantauan yang cermat dari berat badan dan perilaku makan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pejantan dan betina menerima cukup pakan untuk mencapai target kenaikan berat badan. 

Peralatan pakan harus diatur dengan benar dan diperhatikan, apabila tidak maka distribusi pakan tidak merata dan menyebabkan penurunan produksi telur dan kesuburan (Aviagen, 2013). 

Kekurangan pakan pada pejantan dapat terjadi selama tahap awal produksi setelah pencampuran pejantan dan betina. Perilaku kawin pada tahap produksi mengakibatkan pergerakan pejantan sangat aktif, namun belum mencapai persyaratan kematangan fisiologis sehingga kebutuhan nutrien sangat tinggi. 

Pejantan akan menjadi kusam dan lesu, menunjukkan penurunan aktivitas dan sangat jarang berkokok apabila kekurangan nutrien. Jengger dan pial menjadi lembek, pejantan akan kehilangan berat badan, kesehatan menurun dan akhirnya terjadi molting apabila kondisi ini terus berlangsung. 

Tindakan yang harus dilakukan dari gejala-gejala tersebut adalah segera mengevaluasi pemberian pakan dan rasio populasi (rasio pejantan 10% dari populasi). Langkah selanjutnya yaitu pemberian pakan ditambah 3-5 g/ekor/hari (Hubbard, 2011).

Ayam jantan yang dibesarkan secara terpisah dengan betina, maka disarankan ketika memindah pejantan ke kandang layer satu minggu sebelum betina. Proses ini membantu pejantan untuk belajar makan dari tempat pakan khusus pejantan (Leeson dan Summers, 2009). 

Menurut Aviagen (2013), ada 3 alat yang biasa digunakan untuk tempat pakan pada ayam pejantan, diantaranya yaitu automatic pan-type feeders, hanging hoppers (tube feeders) dan male feeder. 


Tube feeders dan male feeder, keduanya digantungkan dari atap kandang dan tinggi tempat pakan dapat disesuaikan tinggi pejantan. Proses menggantung male feeder pakan diisi secara manual. Male feeder tidak miring ke satu sisi agar pakan yang diberikan memiliki kualitas yang sama     (Aviagen, 2013).

Tinggi tempat pakan pejantan disesuaikan dengan benar sehingga semua pejantan memiliki akses yang sama untuk makan. Tinggi tempat pakan pejantan yang benar digqantung dengan ketinggian 50-60 cm di atas litter. Pengawasan diperlukan untuk memastikan bahwa tinggi tempat pakan pejantan tetap benar (Aviagen, 2013).

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan yang tersisa. Pakan yang diberikan dikatakan efisien apabila pakan dapat dikonsumsi secara maksimal. 

Efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh produksi telur, laju pertumbuhan, penyerapan energi metabolisme pakan, kecukupan zat-zat makanan dalam pakan, temperatur lingkungan dan kesehatan ternak. 

Banyak sedikitnya konsumsi pakan bergantung pada ukuran tubuh ternak, sifat genetis (breed), suhu lingkungan, tingkat produksi, perkandangan, tempat pakan per ekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas pakan serta penyakit (Suprijatna, 2005).

Cahaya mempunyai peran terhadap konsumsi pakan dan bobot badan. Peranan cahaya juga berkaitan erat dengan produksi dan ukuran telur karena merangsang kerja hormon untuk pertumbuhan dan pemasakan calon telur. Dewasa kelamin pada ternak fase grower juga sangat dipengaruhi oleh cahaya (Johari, 2005).

Semakin tinggi energi pakan maka konsumsi pakan akan menurun. Konsumsi pakan akan mempengaruhi konsumsi protein ternak. Konsumsi protein berdampak pada kenaikan bobot badan ternak. Konsumsi protein merupakan banyaknya protein yang terdapat dalam sejumlah pakan yang dikonsumsi (Utomo et al., 2013).

Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi pakan untuk memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. 

Energi dalam pakan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka konsumsi pakan akan tinggi sedangkan jika kebutuhan energi melebihi kebutuhan, maka konsumsi pakan akan sedikit. 

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, palatabilitas ransum, energi ransum, tingkat produksi, kuantitas dan kualitas ransum (Wahyu, 2004).

FCR

Konversi pakan adalah perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan berat atau berat telur yang diperoleh. Perbedaan konversi ransum karena adanya perbedaan jumlah konsumsi pakan dan produksi telur. 

Suhu yang kurang nyaman, persediaan pakan atau minum yang terbatas, tatalaksana pemeliharaan, kualitas pakan, kepadatan kandang dan penyakit pada ternak juga dapat mempengaruhi nilai konversi pakan (Novianti et al., 2014).

Pakan yang memiliki kandungan nutrien yang cukup biasanya mempunyai daya cerna yang baik apabila tidak ada faktor pembatas dalam pakan seperti racun, sehingga akan menunjang pertumbuhan ternak. 

Pakan yang mengandung kandungan protein yang rendah menyebabkan nilai kecernaan protein yang rendah pula. Pakan yang telah melalui proses fermentasi akan lebih meningkatkan nutrien dari bahan dasar (Mahfudz et al., 2004).

Kualitas pakan semakin baik, semakin kecil pula nilai konversi pakannya. Kualitas pakan semakin buruk, sebaliknya nilai konversi pakan semakin tinggi. Baik tidaknya kualitas pakan, ditentukan oleh keseimbangan nutrien dalam pakan yang diperlukan oleh ternak (Sagala, 2009).

Ternak mengkonsumsi pakan untuk kebutuhan pokok dan untuk bereproduksi pada saat sudah memasuki fase produksi. Konversi pakan akan meningkat saat ternak mempersiapkan organ reproduksinya untuk menghasilkan telur. 

Tingkat konversi pakan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti mutu pakan, tata cara pemberian pakan dan kesehatan ternak yang berkaitan dengan tingkat konsumsi. Suhu yang tinggi sehingga terjadi stres pada ternak menyebabkan nilai konversi pakan tinggi. 

Stres yang berkelanjutan maka pertambahan bobot badan akan terganggu sehingga pada akhirnya pakan yang dikonsumsi tidak dimetabolis dengan baik. Terganggunya metabolisme dalam tubuh puyuh akan menjadikan penggunaan pakan tidak efisien. 
Baca juga: Cara Beternak Ayam Broiler Dengan Efisien
Hal tersebut yang menyebabkan konversi pakan erat hubungannya dengan pertambahan bobot badan puyuh (Utomo et al., 2013).



Friday, March 24, 2017

Cara Beternak Kambing Beranak Banyak dengan Pakan Murah


Cara Beternak Kambing Dengan Pakan Murah
Cara Beternak Kambing
Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam semua usaha peternakan, baik sapi, kambing, maupun ternak unggas. Produktivitas atau performans ternak 70% dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan 30% faktor genetik.  

Tulisan ini merupakan bagian kecil dari artikel terbaru:

26 (A-Z) Pedoman Lengkap Cara Beternak Kambing Etawa untuk Pemula agar Menguntungkan

Hal ini menunjukkan bahwa secara genetik ternak memiliki potensi yang bagus akan tetapi, jika lingkungan tidak mendukung maka performans ternak tidak akan dapat maksimal.






Baca juga: Cara Beternak Kambing Beranak Tiga Setiap 8 Bulan
Cara Beternak Kambing. Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting yaitu mencapai 60% sehingga pakan adalah hal yang paling diperhatikan dalam pemeliharaan ternak. Tillman et al, (1998) menyatakan bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya serta mengandung energi dan zat-zat gizi di dalamnya dan mampu menyajikan unsur hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi.  

Jenis pakan yang diberikan di CV Kambing Burja yaitu berupa konsentrat dan hijauan. Salah satu faktor yang menentukan baik-buruknya perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Hijauan pakan ternak merupakan sumber serat kasar yang utama. 

Cara Beternak Kambing.Hijauan pakan dari keluarga leguminosa juga merupakan sumber protein bagi ternak. Hijauan pakan merupakan bagian terbesar dari seluruh pakan yang diberikan, dengan demikian hijauan pakan yang pada umumnya terdiri atas rumput dan leguminosa merupakan bagian yang sangat penting di dalam usaha tani ternak (Bambang et al., 2012).

Pemberian pakan hijauan dan konsentrat dapat bervariasi dalam penyusunannya. Cara penyusunanya dicari bahan yang sesuai dengan nilai ekonomis sedangkan menurut Esminger et al. (1990), penggunaan ransum lengkap atau komplit akan memberikan beberapa keuntungan antara lain: 

Cara Beternak Kambing. Meningkatkan efisiensi pemberian pakan, kemudian ketika hijauannya kurang palatabel maka jika dibuat campuran ransum komplit akan meningkatkan konsumsi, begitu juga sebaliknya jika ketersediaan konsentrat terbatas dapat dipakai hijauan sebagai campuran dan campuran ransum komplit dapat mempermudah ternak untuk mendapatkan nutrien lengkap.

Cara Beternak Kambing: Hijauan Pakan Kambing Murah

Rumput gajah dipilih karena rumput gajah memiliki keunggulan antara lain: mampu beradaptasi diberbagai macam tanah, merupakan tanaman parenial, produksinya tinggi, nilai gizinya tinggi dan tingkat pertumbuhanya tinggi. 

Cara Beternak Kambing. Rumput gajah diperoleh dari lahan sendiri karen di CV Kambing Burja terdapat lahan seluas 8 hektar yang selain digunakan untuk kandang sisanya dimanfaatkan untuk menanam hijauan untuk pakan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat  Supriadi et al, (2004) peternak pada umumnya untuk memperoleh hijauan makanan ternak di lapangan yang ketersediaannya tergantung pada musim. 

Peternak juga melakukan penanaman hijauan makanan ternak terutama yang memiliki jumlah ternak banyak sehingga tidak hanya mengandalkan pencarian di alam. Hijauan makanan ternak bisa berupa hijauan segar yang terdiri dari rumput dan daun-daunan (rumput gajah, rumput alam, daun jagung, rumput setaria, rambanan). 

Cara Beternak Kambing Beranak Banyak. Pakan hijauan berfungsi sebagai sumber serat atau sekaligus sebagai sumber vitamin untuk ternak. Hijauan diberikan kepada ternak setelah dilakukan pencoperan agar ukurannya lebih kecil dan mudah untuk dikonsumsi oleh ternak. Frekuensi pemberiannya sebanyak 3 kali.  

Cara Beternak Kambing Beranak 3. Jadwal pemberian dilakukan 1 jam setelah pemberian konsentrat dilakukan yaitu pagi pukul 09.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB serta 14.00 WIB pada sore hari. Jumlah pakan hijauan yang diberikan yaitu sekitar 5 kg/ekor/hari disesuaikan dengan kebutuhan ternak.

Hijauan mulai diberikan pada ternak pada usia di atas 2 minggu. Hijauan tidak diberikan untuk cempe umur di bawah 2 minggu karena rumennya belum terbentuk sempurna. Pemberian ini diharapkan dapat melatih cempe untuk makan hijauan serta agar cepat membentuk saluran cerna yang sempurna dan mempercepat masa sapih. 

Pemberian hijauan diberikan dengan jumlah 5 kg/hari/ekor bertujuan selain memenuhi kebutuhan hidup pokok juga dapat meningkatkan kinerja sistem reproduksi pada indukan. Selain itu cepat mengembalikan kesehatan ternak post partum agar BCS kembali ideal sekitar 3-3,5. CV Kambing Burja memberikan hijauan karena selain tersedia di lahan HMT juga karena mengikuti naluri alamiah dari kambing yaitu makan hijauan.

Di CV Kambing Burja untuk memudahkan pemberian pakan pemberian dilakukan dengan menggunakan drum. Setiap drum dapat menampung 35 Kg hijauan. Sebagai contoh kandang L yang terdiri dari 12 flocks yang memeiliki populsi kambing sebanyak 120 ekor sehingga pada kandang L diberikan hijauan sebanyak: 120 x 5 Kg = 600 Kg hijauan atau setara dengan 17 drum hijauan per hari yang diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari. 

Untuk jumlah hijauan yang diberikan untuk setiap fase kambing tidak memiliki perbedaan, kecuali untuk kambing fase starter, hijauan tidak diberikan karena rumennya belum terbentuk sempurna.

Cara Beternak Kambing: Konsentrat Terbaik Agar Kambing Sehat

Konsetrat adalah suatu bahan pakan yang mempunyai kandungan serat kasar yang rendah dan mudah dicerna, mengandung pati dan protein yang tinggi, sehingga nilai nutrisi yang terkandung pada konsentrat lebih baik dari pada hijauan (Askari, 2012). Konsentrat yang digunakan oleh CV Kambing Burja yaitu berupa campuran bahan pakan, konsentrat diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrien kambing. 

Cara Beternak Kambing. Konsentrat dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Pakan ini mudah dicerna ternak ruminansia karena dibuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi, sumber protein, vitamin dan mineral (Kartadisastra, 1997). 

Konsentrat yang digunakan di CV Kambing Burja merupakan konsentrat buatan sendiri. Konsentrat di CV kambing Burja terdiri dari jagung, pollard, bungkil kopra, bungkil kedelai, DDGS, tetes dan mineral.  Imbangan konsentrat yang digunakan di CV. Kambing Burja berbeda-beda disesuaikan dengan fase dan kebutuhanya. 

Fase-fase tersebut dapat di bagi menjadi 4 fase, antara lain: a. fase 1 starter, b. fase 2 grower, c. fase 3 induk rekon, mating, pra USG, induk bunting muda, pejantan dan d. fase induk bunting tuadan induk laktasi. Imbangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Cara Beternak Kambing. Tabel 3. Proporsi Konsentrat untuk Induk Laktasi dan Induk Hamil Tua
"Complete Feed Induk Laktasi dan Induk Hamil Tua"
Feedstuff Parts KG Per: 100 Kg
Corn Grain 30,0% 30,0 KG  
SBM 10,0% 10,0 KG  
DDGS 10,0% 10,0 KG  
Kulit Kopi 0,0% -,0 KG  
Wheat Pollard 20,0% 20,0 KG  
Separator Beras 7,0% 7,0 KG  
Bkl Kopra 15,0% 15,0 KG  
Kulit Kacang 0,0% -,0 KG  
Rendeng Kedele 0,0% -,0 KG  
Tetes 5,0% 5,0 KG  
Kapur 1,0% 1,0 KG  
Garam Ternak 1,0% 1,0 KG  
Premix Induk 1,0% 1,0 KG  
Complete Feed 100,0% 100 KG  

Tabel 4. Proporsi Konsentrat untuk Induk Rekon, Mating, PraUSG, Hamil Muda dan Pejantan
"Complete Feed Induk Rekon, Mating, PraUSG, H Muda dan Pejantan"
   
Feedstuff Parts KG Per: 100 kg  
Corn Grain 35,0% 35,0 KG  
SBM 8,0% 8,0 KG  
DDGS 7,0% 7,0 KG  
Kulit Kopi 0,0% -,0 KG  
Wheat Pollard 20,0% 20,0 KG  
Separator Beras 7,0% 7,0 KG  
Bkl Kopra 15,0% 15,0 KG  
Kulit Kacang 0,0% -,0 KG  
Rendeng Kedele 0,0% -,0 KG  
Tetes 5,0% 5,0 KG  
Kapur 1,0% 1,0 KG  
Garam Ternak 1,0% 1,0 KG  
Premix Grower 1,0% 1,0 KG  
Complete Feed 100,0% 100 KG  

Tabel 5. Proporsi Konsentrat untuk Fase Grower
"Complete Feed Grower"  
   
Feedstuff Parts KG Per: 100 Kg
Corn Grain 30,0% 30,0 KG  
SBM 10,0% 10,0 KG  
DDGS 10,0% 10,0 KG  
Kulit Kopi 0,0% - KG  
Wheat Pollard 18,0% 18,0 KG  
Separator Beras 7,0% 7,0 KG  
Bkl Kopra 17,0% 17,0 KG  
Kulit Kacang 0,0% - KG  
Rendeng Kedele 0,0% - KG  
Tetes 5,0% 5,0 KG  
Kapur 1,0% 1,0 KG  
Garam Ternak 1,0% 1,0 KG  
Premix Grower 1,0% 1,0 KG  
Complete Feed 100,0% 100,0 KG  

Tabel 6. Proporsi Konsentrat untuk Fase Starter
"Complete Feed Starter"  
   
Feedstuff Parts KG Per: 100 Kg
Corn Grain 30,00% 30,0 KG  
SBM 15,00% 15,0 KG  
DDGS 12,00% 12,0 KG  
Kulit Kopi 0,00% - KG  
Wheat Pollard 15,00% 15,0 KG  
Separator Beras 5,00% 5,0 KG  
Bkl Kopra 15,00% 15,0 KG  
Kulit Kacang 0,00% - KG  
Rendeng Kedele 0,00% - KG  
Tetes 5,00% 5,0 KG  
Kapur 1,00% 1,0 KG  
Garam Ternak 1,00% 1,0 KG  
Premix Starter 1,00% 1,0 KG  
Concentrate 100,00% 100,0 KG  

Konsentrat yang diberikan terdiri dari bahan pakan yang dijaga kualitasnya sehingga sumber bahan pakan harus jelas. Soeparno dan Davies, (1987) menyatakan perlakuan-perlakuan pakan dapat mengubah performa termasuk pertumbuhan, efisiensi pakan produksi dan kualitas daging. 

Suplementasi konsentrat pada kambing yang sedang tumbuh dapat meningkatkan konsumsi pakan dan laju pertumbuhan. Bahan pakan yang berkualitas akan dapat meningkatkan performans ternak dan kesehatan ternak juga akan semakin terjamin. Proses mixer atau pencampuran bahan pakan dilakukan di kandang CV Kambing Burja yang lain yang berada di Pasuruhan.

 Konsentrat yang sudah jadi dimasukkan ke dalam karung berlabel kemudian akan didistribusikan ke seluruh kandang untuk diberikan kepada ternak.
Pemberian konsentrat tergantung dari mutu hijauan yang diberikan. Makin tinggi kualitas rumput, makin sedikit zat-zat makanan yang perlu disuplai oleh konsentrat. Pemberian konsentrat kepada ternak ruminansia sebanyak 1% dari bobot badan. 

Berbeda halnya dengan jumlah pemberian hijauan yang diberikan dengan jumlah yang sama untuk setiap statusnya,  jumlah pemberian konsentrat kambing di CV kambing Burja diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan, bobot badan serta statusnya sebagaimana tabel berikut:

Tabel 7. Jumlah Pemberian Konsentrat

Status Ct Gram/ekor/hari
Laktasi Induk 500
Bunting Tua Induk 550
Bunting Muda Induk 450
Pra USG Induk 450
Matting Induk 450
Rekon Induk 450
Pra kering Induk 350
F1 Induk 450
Boer Induk 450

Cempe Cempe Berdasarkan bobot badan dan umurnya
Konsentrat yang diberikan dalam kondisi agak basah, hal ini dilakukan untuk meningkatkan konsumsi dan laju kecernaan pakan  serta mengurangi adanya resiko iritasi mata pada kambing akibat konsentrat yang terbawa angin. Pemberian konsentrat di CV Kambing Burja dilakukan 1 jam lebih awal dari jadwal pemberian hijauan. 

Hal ini bertujuan  agar konsentrat yang diberikan habis dan tidak terbuang, selain itu pemberian konsentrat yang lebih awal diharapkan dapat meningkatkan nafsu makan serta merangsang kerja mikrobia rumen karena mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih dahulu sebelum memanfaatkan hijauan yang merupakan sumber serat kasar.  

 Frekuensi pemberian konsentrat juga berbeda dengan frekuensi pemberian hijauan. Frekuensi sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan siang hari.  Jadwal pemberian konsentrat pagi hari pukul 08.00 WIB dan siang hari pukul 11.30 WIB. 

Tujuan pemberian konsentrat dalam pakan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya guna pakan, menambah unsur pakan yang defisien serta meningkatkan konsumsi dan kecernan pakan. Mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada. Mikrobia rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya (Murtidjo, 1993).

Kunci Sukses Cara Beternak Kambing
Pemberian Air Minum

Pemberian air minum di CV kambing Burja dilakukan secara ad libitum. 
Pemberian air minum yang dilakukan secara ad libitum dilakukan dengan tujuan agar kebutuhan air minum kambing kambimg dapat terpenuhi. Pemberian pakan dan air minum dilakukan oleh anak kandang yang bertanggung jawab dalam mendistribusikan pakan dan air minum ternak kambing. 

Air yang diberikan diganti 2 kali sehari. Sebelum dilakukan pergantian air minum biasanya bak air minum dibersihkan terlebih dahulu.

Kebutuhan air pada ternak tergantung dari beberapa faktordiantaranya yaitu kondisi iklim, bangsa, umur dan jenis pakan yang diberikan (Sugeng, 1998).  Pemberian air minum di CV Kambing Burja dilakukan secara ad libitum dengan harapan bahwa kebutuhan air minum kambing fdapat tercukupi sehingga ternak tidak mengalami dehidrasi akibat kekurangan air minum. 

Sumber air di peroleh dari pegunungan yang kemudian ditampung dan kemudian didistribusikan ke kandang-kandang menggunakan selang yang akan dialirkan ke bak-bak minum di masing-masing kandang.

Air diperlukan untuk membantu proses pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh (keringat, air kencing dan kotoran), melumasi persendian dan membuat tubuh tidak kepanasan. 

Volume kebutuhan air pada kambing sangat bervariasi, dipengaruhi oleh jenis kambing, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan kambing. Bila bobot kambing hidup 40 kg/ekor dan ransum kering (dalam bahan kering) yang dibutuhkan ternak rata-rata sebanyak 0,8 kg dan air minum minimal sebanyak 3 x 1 liter (3 liter). Kebutuhan air minum untuk kambing berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan Sarwono, 2008).

Manajemen Pemberian Pakan Kambing

Kebutuhan nutrisi kambing berbeda-beda sesuai dengan kondisi umur, status fisiologi dan tingkat produktivitasnya. Pemberian pakan yang tepat akan menjaga keseimbangan kondisi rumen. Sehingga proses pencernaan mikroba rumen berjalan dengan baik (Sarwono, 2012).

Nutrien pakan ternak yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain adalah protein dan energi. Protein merupakan komponen utama jaringan otot dan merupakan komponen penting pada semua jaringan hidup. 

Kebutuhan protein dipengaruhi oleh fase pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, berat tubuh, umur, kondisi tubuh, pertambahan berat dan rasio protein energi. Ternak yang sedang tumbuh membutuhkan enegi untuk hidup pokok, pertumbuhan, gerak otot dan sintesis jaringan baru. 

Ternak yang diberi pakan protein dan energi yang melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka ternak tersebut akan menggunakan kelebihan nutrien pakan untuk pertumbuhan dan produksi. 

Menurut Tillman et al, (1998), kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan, sehingga pakan yang diberikan selama pertumbuhan harus meliputi jumlah yang diperlukan untuk hidup pokok dan jumlah yang diperlukan untuk pembentukan jaringan.

Salah satu kebutuhan nutrisi pada ternak yang harus diperhatikan adalah protein. Laju pertumbuhan ternak yang cepat, akan membutuhkan protein lebih tinggi di dalam ransumnya (Haryanto, 1992). Protein di dalam tubuh ternak, protein berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh dan pembangun jaringan baru (Anggorodi, 1990). 

Proses pemanfaatan protein salah satunya dipengaruhi oleh jumlah protein yang dikonsumsi. Konsumsi protein dipengaruhi oleh level pemberian pakan. Pemberian pakan yang tidak dibatasi (melebihi hidup pokok) akan meningkatkan tingkat konsumsi protein karena ternak mempunyai kesempatan untuk makan lebih banyak (Haryanto, 1992).  

Menurut Kearl (1982), kebutuhan protein pada kambing berkisar antara 12-14% per ekor. Pemanfaatan protein selain terkait dengan level pemberian pakan juga terkait dengan bobot badan ternak. Ternak yang berbobot badan rendah dan masuk masa pertumbuhan membutuhkan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa yang telah masuk masa penggemukkan (Orskov, 1992).

Protein mula-mula akan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup pokok, selanjutnya kelebihan protein yang ada pada ternak yang berbobot badan rendah cenderung akan dimanfaatkan untuk proses pertumbuhan. Protein dalam tubuh ternak salah satunya berfungsi untuk pertumbuhan atau pembentukan jaringan baru. Ternak yang telah memenuhi kebutuhan hidup pokoknya akan memanfaatkan kelebihan protein pakan akan disimpan dalam bentuk glikogen dan dimanfaatkan untuk proses penggemukan.

Di CV Kambing Burja konsentrat yang diberikan memiliki formula masing-masing, sehingga untuk setiap fasenya memiliki kandungan nutrien yang berbeda, perbedaan nutrien pakan berdasarkan fasenya dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 8. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Starter
"Complete Feed Starter"  
   
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 30,00% 25,50% 26,70% 2,70% 0,01% 0,09%
SBM 15,00% 13,35% 13,05% 7,20% 0,05% 0,11%
DDGS 12,00% 10,68% 10,56% 3,12% 0,04% 0,10%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 15,00% 13,35% 11,25% 2,55% 0,02% 0,15%
Separator Beras 5,00% 4,30% 3,50% 0,70% 0,00% 0,06%
Bkl Kopra 15,00% 13,65% 11,25% 3,45% 0,03% 0,10%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Starter 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 87,15% 79,81% 19,97% 1,16% 0,61%
Complete Feed (BW 20Kg) 0,450 0,313 0,078  
Requirement (NCR) 0,847 0,467 0,063  

Tabel 9. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Grower
"Complete Feed Grower"  
   
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 30,00% 25,50% 26,70% 2,70% 0,01% 0,09%
SBM 10,00% 8,90% 8,70% 4,80% 0,03% 0,07%
DDGS 10,00% 8,90% 8,80% 2,60% 0,03% 0,09%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 18,00% 16,02% 13,50% 3,06% 0,03% 0,18%
Separator Beras 7,00% 6,02% 4,90% 0,98% 0,00% 0,09%
Bkl Kopra 17,00% 15,47% 12,75% 3,91% 0,03% 0,11%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Grower 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 87,13% 78,85% 18,30% 1,15% 0,63%
DM Pellet 1,100 0,756 0,175  

Tabel 10. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Induk Rekon, Matting, Pra USG, Bunting Muda dan Pejantan
"Complete Feed Induk Rekon, Mating, PraUSG, HM dan Pejantan"
   
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 35,00% 29,75% 31,15% 3,15% 0,01% 0,11%
SBM 8,00% 7,12% 6,96% 3,84% 0,02% 0,06%
DDGS 7,00% 6,23% 6,16% 1,82% 0,02% 0,06%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 20,00% 17,80% 15,00% 3,40% 0,03% 0,20%
Separator Beras 7,00% 6,02% 4,90% 0,98% 0,00% 0,09%
Bkl Kopra 15,00% 13,65% 11,25% 3,45% 0,03% 0,10%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Grower 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 86,89% 78,92% 16,89% 1,14% 0,61%
DM Pellet 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Tabel  11. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Laktasi dan Induk   Bunting Tua
"Complete Feed Induk Laktasi dan Induk Hamil Tua"
   
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 30,00% 25,50% 26,70% 2,70% 0,01% 0,09%
SBM 10,00% 8,90% 8,70% 4,80% 0,03% 0,07%
DDGS 10,00% 8,90% 8,80% 2,60% 0,03% 0,09%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 20,00% 17,80% 15,00% 3,40% 0,03% 0,20%
Separator Beras 7,00% 6,02% 4,90% 0,98% 0,00% 0,09%
Bkl Kopra 15,00% 13,65% 11,25% 3,45% 0,03% 0,10%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Induk 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 87,09% 78,85% 18,18% 1,15% 0,64%
DM Pellet 1,10 0,755 0,174 -


Konsentrat diberikan pada ternak mulai umur 2 minggu. Pada usia di bawah 2 minggu cempe masih mengonsumsi susu indukan untuk menguatkan sistem kekebalan tubuhnya. Pemberian pakan konsentrat pada cempe diharapkan agar melatih saluran pencernaan cempe untuk dapat makan konsentrat sehingga rumen dapat terbentuk secara sempurna. 

Kandungan protein dibedakan pada setiap fase diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Pada fase starter kandungan protein cukup tinggi karena pada masa ini cempe selain diberi pakan sama seperti induk juga masih diberi asupan susu baik dari induk maupun dari sapi. 

Fase starter dalam pergantian pakan sendiri perlu adanya waktu yang lama karena perlu adanya masa adaptasi fisiologis cempe dimana terjadi pembentukan rumen. Protein tidak bisa diberikan dalam jumlah yang tinggi mengingat pembentukan rumen sendiri masih terjadi. 

Apabila protein terlalu tinggi diberikan pada fase starter akan terjadi gangguan saluran pencernaan seperti diare. Sedangkan pada fase grower dan indukan diperlukan kandungan protein yang tinggi mengingat tujuan pemeliharaan pada masing-masing fase penggemukan. Grower bertujuan untuk penggemukkan dari cempe sampai siap kawin. 

Penggemukan di fase grower juga bertujuan untuk mempersiapkan sistem reproduksi pertama kali hingga siap kawin. Indukan dipersiapkan untuk proses breeding. Pada fase Indukan ini diharapkan dengan protein yang cukup dapat meningkatkan kinerja dari sistem reproduksi sehingga proses breeding dapat terlaksana.


Perubahan formula ransum sesuai dengan fase pertumbuhan dilakukan guna memaksimalkan potensi genetik melalui perlakuan lingkungan berupa pakan sehingga dapat menampilkan bobot badan yang cocok untuk kambing potong. Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka bobot anak kambing bias mencapai 10-14 kg/ekor ketia disapih pada umur 90-120 hari. 


Menurut Williamson dan Payne (1993) untuk kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan cempe memperoleh keuntungan maksimal dari susu induknya. Hal ini juga dilakukan di CV. Kambing Burja. Adapaun tabel  kebutuhan nutrien kambing dapat dilihat dari tabel National Reserch Council 1981 berikut:
Tabel 12. Kebutuhan Nutrien Kambing  Menurut NRC 

Tabel  13. Fase Penggemukan Kambing di CV. Kambing Burja 
Kriteria Fase
Indukan Starter Grower
Umur 1 � 1,1 tahun 2 � 24 minggu 0,5 � 1 tahun
Berat < 30 kg 1,8 � 18 kg 18 - 30 kg
Kebutuhan PK 18 % 20% 18%
Sumber : Kearl (1982)

Kebutuhan pakan kambing potong seperti 65-148,5 gram/kg bobot badan. Kambing boer kira-kira membutuhakn BK 3 kg, PK 350 gram, TDN 1,56 kg (Mathius et al., 2002). 

Produktivitas ternak kambing dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan rumput lapang dengan bahan pakan lainnya yang mengandung nutrien lebih tinggi, agar nutrien dari pakan yang diberikan meningkat. 

Umumnya, bahan pakan yang digunakan sebagai suplemen adalah konsentrat. Konsentrat merupakan bahan pakan yang kaya akan energi, protein, mineral, vitamin, kandungan serat kasarnya rendah serta mudah dicerna, sehingga dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan pakan (Murtidjo, 1993). 

Pemberian konsentrat untuk level kandungan protein kasar berbeda pada pakan dasar rumput, dapat saling menutupi kekurangan masing-masing bahan dan dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi sedangkan kecernaan serat suatu bahan makanan mempengaruhi kecernaan pakan, baik dari segi jumlah maupun komposisi kimia seratnya (Tillman, 1991). 

Serat tidak pernah digunakan seluruhnya oleh ruminansia dan sekitar 20-70% dari serat kasar yang dikonsumsi dapat ditemukan di dalam feses.  Mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada. 

Mikrobia rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya (Murtidjo, 1993).  Hal ini menjadi alasan kenapa di CV kambing Burja menggunakan kombinasi 2 jenis pakan yaitu pakan hijauan dan konsentrat.


Ternak ruminansia mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi, serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya juga akan meningkat pula. 

Jumlah konsumsi pakan adalah merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan.


Konsumsi pakan merupakan jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila diberikan ad libitum (Parakkasi, 1999). Menurut Tillman et al., (1998) konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi hewan tersebut. 

Tingkat konsumsi zat makanan sangat mempengaruhi performa produksi ternak, sedangkan tingkat konsumsi suatu pakan mencerminkan tingkat palatabilitas pakan tersebut. Pakan yang dikonsumsi meliputi hijauan yang merupakan rumput gajah dan konsentrat. Berdasarkan data Magang diperoleh perhitungan rata-rata konsumsi pakan per ekor per hari masing-masing kandang adalah :

1. Kandang Kambing Dara
Konsumsi Rata-rata per ekor per hari
a. Hijauan:
4,87x 16 % =0,77 Kg BK
b. Konsentrat:
0,45x 87,09% =0,39Kg BK
c. Konsumsi total=
0,77+0,39=1,16 Kg BK
2. Kandang Kambing Rekon
Konsumsi rata-rata / ekor/hari
a. Hijauan:
4,72x 16 % =0,75  Kg BK
b. Konsentrat:
0,45x 87,09% =0,39Kg BK
c. Konsumsi total=
0,75+0,39=1,14 Kg BK
3. Kandang rekon
Konsumsi rata-rata/ekor/hari
a. Hijauan:
4,7x 16 % =0,75  Kg BK
b. Konsentrat:
4,5x87,09% =0,39 Kg BK
c. Konsumsi total=
0,75+0,39 =1,14
4. Kandang bunting
Konsumsi rata-rata /ekor/hari
a. Hijauan:
4,89x 16 % =0,78 Kg BK
b. Konsentrat:
0,45X87,09%=0,39 Kg BK
c. Konsumsi total=
0,78+0,39=1,17 Kg BK
5. Pejantan
Konsumsi rata-rata /ekor/hari
a. Hijauan:
7,81x 16 % =1,24  Kg BK
b. Konsentrat:
1x86,89 %= 0,86 Kg BK
c. Konsumsi total=
1,24+0,86=2,10 Kg BK

  Konsumsi pakan ini diperoleh dari pengurangan pemberian pakan dengan sisa pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Soebarinoto et al., 1991) yang menyatakan konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu. 

Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak (bobot badan dan umur), tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas (Parakkasi, 1999). Kecernaan pakan dan laju digesta pakan mempengaruhi konsumsi ransum. Kecernaan yang tinggi dan laju digesta yang cepat akan meningkatkan konsumsi ransum. 


Perry et al., (2003) menyatakan bahwa konsumsi makanan dipengaruhi terutama oleh faktor kualitas makanan dan oleh faktor kebutuhan energi ternak yang bersangkutan. Makin baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi makanan seekor ternak. Kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan. 

Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting untuk menentukan jumlah zat-zat makanan yang tersedia bagi ternak. Produksi ternak hanya dapat terjadi apabila konsumsi energi pakan berada di atas kebutuhan hidup pokok.


Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan pengukuran bobot badan. Berat badan merupakan suatu kriteria pengukuran yang penting pada seekor hewan dalam menentukan perkembangan pertumbuhannya. Berat badan juga merupakan salah satu dasar pengukuran untuk produksi disamping jumlah anak yang dihasilkan dalam menentukan nilai ekonominya (Wandito, 2011).  

Kenaikan berat tubuh adalah pertumbuhan yang meliputi pertambahan berat dan perubahan bentuk dari jaringan (Anggorodi, 1994). Kenaikan berat hidup yang terlihat adalah kemampuan ternak didalam mengubah nutrien pakan menjadi daging dan lemak setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi.
Bobot badan dapat diketahui dengan penimbangan (Kartadisastra, 1997). 

Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1997). 

Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan tiap hari atau per satuan waktu lainnya.


Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak. 

Thalib (2004) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilaian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan ransum yang dikonsumsi. 

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan genetis lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana. Adapun dari data magang di Cv Kambing Burja diperoleh rata-rata pertambahan bobot badan untuk masing-masing kandang adalah sebagai berikut :


Hal ini sesuai dengan pendapat (Shipley (2005) yang menyatakan bahwa kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang  cepat. 

Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45 kg pada umur lima hingga enam bulan dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 - 0,04 kg per hari. Presentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40%-50% dari berat badannya (Ted dan Shipley, 2005).  

Bobot tubuh kambing Boer jantan umur 8 bulan dapat mencapai 64 kg, umur 12 bulan 92 kg, sedangkan pada saat dewasa bobot tubuhnya dapat mencapai sekitar 114�116 kg. Pertumbuhan kambing Boer dapat mencapai 250 g/hari (Barry dan Godke, 1991).

Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. 
Cheeke (1999) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas pakan sangat mempengaruhi pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan harian pada jantan lebih efesien dalam mengubah makanan bahan kering menjadi bobot tubuh dibanding ternak betina. 

Hal ini dikarenakan adanya hormon testoteron (dihasilkan oleh testis). Sekresi testoteron yang tinggi rnenyebabkan sekresi androgen tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno, 1998). Kambing jantan sebagai penghasil daging atau untuk dijadikan bibit, perlu mencapai bobot badan yang maksimal saat dipotong atau digunakan untuk pejantan. Hal tersebut dapat dicapai bila protein dan energi ransum yang dikonsumsi mencukupi kebutuhan nutrien kambing.


Cara Beternak Kambing: Evaluasi Manajemen Pakan

Bagian penyimpanan pakan di gudang terdapat hal yang perlu dievaluasi yaitu cara penyimpanan bahan dasar pembuatan konsentrat. Penyimpanan bekatul dan kopra belum diberi alas. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas bahan pakan. Bekatul dan kopra dalam penyimpanannya sebaiknya diberikan alas pada saat penumpukkan bahan sebagai cadangan. 

Alas tersebut bertujuan untuk melindungi dari perubahan suhu yang terlalu tajam. Bekatul dan kopra sifatnya panas karena mengandung karbohidrat dan protein. Jika terdapat perubahan suhu yang drastis maka membuat terjadi rancid atau tengik. 

Hal ini akan menimbulkan pertumbuhan jamur. Jamur yang masuk ke saluran pencernaan ternak dapat mempengaruhi performa ternak salah satunya adanya gangguan fungsional pada ternak. Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu dengan pemberian alas kayu yang berjarak 10-15 cm dari lantai  untuk menjaga perubahan suhu pada kedua bahan tersebut.


CV Kambing Burja selain selektif dalam pemilihan bahan pakan juga teratur dalam pembersihan palungan. Palungan selalu dibersihkan setiap paginya agar tidak terkontaminasi pakan hari kemarin. Pakan konsentrat dimana di dalamnya terdapat bekatul memiliki sifat mudah apek dan berjamur. Jika termakan oleh ternak dapat menimbulkan penurunan performa. 

Hal ini didukung oleh pernyataan Santoso (2006),  pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. 

Pakan yang sudah basi akan menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi penurunan 1,0 % akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0 %. 

Untuk menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan minimal 2 kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus dibuang. Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira-kira setengah jam setelah pakan pada pemberian sebelumnya habis. 

Inilah pentingnya menyusun ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak .
Frekuensi pemberian pakan akan dapat meningkatkan konsumsi pakan, sehingga produksi susu akan mengalami peningkatan. Peningkatan produksi susu tersebut terjadi karena energi dan zat-zat makanan lainnya yang diperlukan untuk memproduksi susu tersedia dalam jumlah lebih banyak.

 Frekuensi pemberian pakan tidak hanya meningkatkan konsumsi pakan, akan tetapi juga meningkatkan kecernaan bahan kering pakan.
Peningkatan kecernaan bahan kering pakan akan menambah jumlah zat-zat makanan yang dapat diabsorbi untuk kebutuhan produksi susu. 

Pemberian pakan dari satu kali menjadi dua kali sehari pada sapi perah yang sedang berproduk akan berakibat pada meningkatnya konsumsi bahan kering hijauan sebanyak 10% yang disertai dengan peningkatan produksi susu yang mencapai 6%. 

Frekuensi pemberian pakan empat kali dalam sehari ternyata mampu meningkatkan kemampuan berproduksi sampai dengan 54,8% (Siregar, 2001). Menurut Sodiq dan Abidin (2007), cara terbaik adalah memberikan hijauan sedikit demi sedikit namun berulang kali. Frekuensi yang sering digunakan adalah tiga atau empat kali dalam sehari. 

Frekuensi pemberian yang berulang ini dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ternak.

Sumoprastowo (1986) menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak kambing sebaiknya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi berulangkali, sesuai kebiasaan kambing, sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi ternak tersebut perlu diberi kesempatan yang lebih banyak untuk membangun jaringan-jaringan baru yang rusak. 

Selain pakan dan tambahan seperti konsentrat dengan level kadar protein berbeda yang diberikan kepada ternak untuk meningkatkan kecernaannya. Kandungan pakan yang lebih tinggi diharapkan dapat meningkatkan peran protein untuk membangun jaringan tubuh sehingga dapat meningkatkan penformans kambing tersebut.
Baca juga: Cara beternak kambing beranak banyak dan hidup sehat